Dalam dunia kriminologi, salah satu teori yang paling dikenal dan kontroversial adalah teori yang dikemukakan oleh Cesare Lombroso. Lombroso merupakan seorang dokter dan kriminolog asal Italia yang dikenal sebagai bapak kriminologi modern. Teorinya menyatakan bahwa pelaku kejahatan memiliki karakteristik fisik tertentu yang membedakan mereka dari orang-orang non-kriminal.
Teori Lombroso: Konsep Dasar
Cesare Lombroso mengembangkan teori “criminal atavism”, yang berarti bahwa pelaku kejahatan adalah hasil dari evolusi yang terhambat. Menurutnya, pelaku kriminal adalah individu yang memiliki sifat primitif, yang secara biologis lebih dekat dengan manusia purba daripada manusia modern.
Lombroso berpendapat bahwa beberapa orang memang terlahir sebagai penjahat, dan hal ini bisa dikenali dari ciri-ciri fisik tertentu. Oleh karena itu, kejahatan menurutnya bukan hanya hasil dari lingkungan atau faktor sosial, tetapi lebih bersifat bawaan (nature).
Ciri-Ciri Kriminal Menurut Lombroso
Berdasarkan penelitian terhadap para narapidana, Lombroso mengidentifikasi beberapa ciri khas yang sering ditemukan pada pelaku kejahatan, di antaranya:
1. Bentuk tengkorak yang tidak simetris
2. Tulang alis yang menonjol
3. Rahang yang besar dan menonjol
4. Telinga besar atau berbentuk aneh
5. Lengan lebih panjang dari rata-rata
6. Bentuk hidung yang pesek atau bengkok
7. Pertumbuhan rambut yang lebat dan tidak teratur
8. Bibir tebal dan sering terbuka
9. Tatapan mata yang liar atau tidak fokus
Selain karakteristik fisik, Lombroso juga percaya bahwa penjahat memiliki kecenderungan mental tertentu, seperti kurangnya rasa bersalah, impulsif, dan ketidakmampuan untuk merasakan empati.
Klasifikasi Penjahat Menurut Lombroso
Lombroso membagi pelaku kejahatan ke dalam beberapa kategori utama:
1. Born Criminals (Penjahat Lahir)
Mereka yang terlahir dengan sifat kriminal yang diwarisi secara biologis.
2. Criminaloids
Individu yang tidak memiliki kecenderungan kriminal bawaan, tetapi melakukan kejahatan karena pengaruh lingkungan atau tekanan sosial.
3. Habitual Criminals (Penjahat Kebiasaan)
Mereka yang tidak terlahir sebagai penjahat, tetapi melakukan kejahatan secara berulang karena kebiasaan dan pengaruh lingkungan.
4. Passionate Criminals (Penjahat Emosional)
Individu yang melakukan kejahatan karena dorongan emosi yang kuat, seperti kemarahan atau kecemburuan.
Kritik terhadap Teori Lombroso
Meskipun teori Lombroso sangat berpengaruh dalam sejarah kriminologi, teori ini mendapat banyak kritik dari para ahli karena dianggap tidak ilmiah dan bias. Beberapa kritik utama terhadap teorinya meliputi:
1. Determinisme Biologis yang Berlebihan
- Lombroso terlalu menekankan faktor biologis sebagai penyebab utama kejahatan, tanpa mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, dan psikologis.
2. Metode Penelitian yang Tidak Akurat
- Penelitiannya tidak menggunakan metode ilmiah yang ketat. Sampel yang ia gunakan hanya berasal dari populasi narapidana, sehingga tidak bisa dijadikan dasar umum bagi seluruh populasi.
3. Rasisme dan Diskriminasi
- Ciri-ciri fisik yang ia sebutkan sering kali dikaitkan dengan kelompok etnis tertentu, yang dapat menimbulkan diskriminasi rasial.
4. Kejahatan Bersifat Multidimensi
- Para ahli modern menyatakan bahwa kejahatan tidak bisa dijelaskan hanya dengan faktor fisik atau biologis saja, tetapi juga melibatkan aspek sosial, budaya, dan psikologis.
5. Kasus Kriminal Tanpa Ciri Fisik yang Ditetapkan Lombroso
- Banyak pelaku kejahatan yang tidak memiliki karakteristik fisik yang diklaim oleh Lombroso, sehingga teori ini tidak bisa digunakan untuk menjelaskan semua bentuk kejahatan.
Kesimpulan
Teori Lombroso membawa perubahan besar dalam studi kriminologi dengan memperkenalkan pendekatan ilmiah dalam memahami kejahatan. Namun, pemikirannya yang terlalu menekankan faktor biologis dianggap tidak relevan dalam kriminologi modern. Saat ini, para ahli lebih banyak menggunakan pendekatan yang lebih komprehensif dengan mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, psikologis, dan budaya dalam memahami kejahatan.
Meskipun telah banyak dikritik, teori Lombroso tetap memiliki nilai sejarah dalam perkembangan ilmu kriminologi dan menjadi dasar bagi studi lebih lanjut tentang perilaku kriminal.