Negus adalah gelar kerajaan dalam bahasa Amharik (ንጉሥ, nəgus) yang secara harfiah berarti “raja.” Gelar ini secara tradisional digunakan dalam Kekaisaran Ethiopia untuk menyebut penguasa regional yang memerintah wilayah tertentu di bawah otoritas seorang kaisar (Negusa Nagast atau “Raja Segala Raja”). Meskipun Negus memiliki kekuasaan besar di wilayahnya, ia tetap tunduk kepada kaisar yang menjadi pemimpin tertinggi dalam sistem monarki Ethiopia.
Gelar ini tidak hanya memiliki makna politik tetapi juga simbolisme yang mendalam dalam budaya Ethiopia, yang berakar kuat pada sistem feodal yang berlangsung selama berabad-abad. Dalam sejarahnya, seorang Negus sering kali memiliki kekuasaan otonom atas daerahnya sendiri, tetapi tetap harus berperan dalam urusan pemerintahan pusat kekaisaran.
Negus dalam Struktur Kekaisaran Ethiopia
Dalam sistem monarki Ethiopia, gelar Negus diberikan kepada penguasa daerah yang memiliki hak untuk mengelola tanah, mengumpulkan pajak, serta membentuk pasukan sendiri. Beberapa wilayah utama yang dipimpin oleh seorang Negus di antaranya:
1. Negus dari Shewa – Wilayah Shewa yang kemudian menjadi pusat kekuatan Dinasti Solomonik. Menelik II, sebelum menjadi kaisar, memegang gelar Negus Shewa.
2. Negus dari Gojjam – Salah satu kerajaan regional penting yang memainkan peran besar dalam sejarah Ethiopia.
3. Negus dari Tigray – Wilayah utara Ethiopia yang sering diperintah oleh penguasa kuat.
Seorang Negus biasanya berasal dari keluarga bangsawan dan diangkat berdasarkan garis keturunan kerajaan. Namun, dalam beberapa kasus, seorang pemimpin militer yang kuat juga bisa mendapatkan gelar ini jika ia berhasil menguasai suatu wilayah dengan dukungan rakyat dan militer.
Peran Negus dalam Sejarah Ethiopia
Sepanjang sejarah Ethiopia, beberapa penguasa terkenal menyandang gelar Negus sebelum akhirnya naik ke posisi tertinggi sebagai kaisar (Negusa Nagast). Salah satu contohnya adalah Menelik II, yang awalnya memerintah sebagai Negus Shewa sebelum berhasil menyatukan Ethiopia dan menjadi kaisar pada tahun 1889.
Menelik II terkenal karena keberhasilannya dalam mengalahkan pasukan Italia dalam Pertempuran Adwa (1896), yang menjadikan Ethiopia sebagai salah satu sedikit negara di Afrika yang tidak mengalami penjajahan langsung oleh bangsa Eropa. Kemenangan ini juga memperkuat status Negus sebagai pemimpin militer yang berpengaruh dalam politik Ethiopia.
Akhir Era Negus dan Penghapusan Monarki Ethiopia
Pada abad ke-20, sistem monarki Ethiopia mengalami perubahan besar di bawah kepemimpinan Kaisar Haile Selassie. Ketika ia naik takhta pada tahun 1930, ia mulai mengurangi kekuasaan para Negus untuk memperkuat kontrol pusat. Pada masa pemerintahannya, Ethiopia perlahan-lahan mengalami modernisasi dan transisi menuju pemerintahan yang lebih terpusat.
Namun, pada tahun 1974, kekaisaran Ethiopia runtuh akibat kudeta militer yang dipimpin oleh Derg, sebuah junta militer yang menyingkirkan Haile Selassie dari kekuasaan. Dengan runtuhnya monarki, sistem feodal Ethiopia secara resmi berakhir, dan gelar Negus tidak lagi digunakan dalam pemerintahan modern.
Negus dalam Budaya dan Literatur Modern
Meskipun gelar Negus tidak lagi digunakan dalam pemerintahan Ethiopia saat ini, istilah ini masih memiliki makna kuat dalam budaya dan sejarah negara tersebut. Beberapa aspek di mana istilah Negus tetap hidup antara lain:
1. Sastra dan Sejarah Ethiopia – Dalam banyak teks sejarah Ethiopia, Negus sering disebut sebagai simbol kebangsaan dan kepemimpinan yang kuat.
2. Budaya Rastafarian – Gerakan Rastafarian yang berkembang di Jamaika pada abad ke-20 menggunakan istilah Negus sebagai bagian dari penghormatan terhadap Kaisar Haile Selassie, yang mereka anggap sebagai pemimpin spiritual dan inkarnasi ketuhanan.
3. Musik dan Pop Culture – Dalam dunia hip-hop dan budaya populer, istilah Negus digunakan untuk menggambarkan kemuliaan, kebangsawanan, dan kejayaan Afrika.
Pengaruh Gelar Negus di Luar Ethiopia
Gelar Negus tidak hanya berpengaruh dalam sejarah Ethiopia, tetapi juga menjadi simbol bagi banyak orang keturunan Afrika yang mencari identitas dan kebanggaan budaya mereka. Dalam berbagai gerakan pan-Afrika dan kebangkitan kesadaran sejarah Afrika, Negus sering digunakan untuk merepresentasikan kekuatan dan kejayaan kerajaan-kerajaan Afrika sebelum kolonialisme.
Gerakan Rastafarian, misalnya, melihat Haile Selassie sebagai figur utama yang membawa kebanggaan bagi orang keturunan Afrika di diaspora. Mereka menyebutnya sebagai Negus, yang dalam konteks ini bukan sekadar gelar raja biasa, tetapi juga mencerminkan keagungan dan spiritualitas.
Kesimpulan
Negus adalah gelar kerajaan Ethiopia yang berarti “raja” dan digunakan oleh penguasa regional di bawah kaisar Ethiopia. Gelar ini memainkan peran penting dalam struktur politik Ethiopia selama berabad-abad, terutama dalam sistem monarki feodal yang berlangsung hingga abad ke-20.
Meskipun gelar ini tidak lagi digunakan secara resmi setelah runtuhnya monarki Ethiopia pada tahun 1974, Negus tetap menjadi simbol penting dalam sejarah, budaya, dan identitas nasional Ethiopia. Dalam budaya modern, istilah ini masih dipakai dalam berbagai konteks, termasuk dalam gerakan Rastafarian dan budaya pop global sebagai lambang kemuliaan dan kebangsawanan Afrika.
Dengan demikian, Negus bukan hanya sekadar gelar kerajaan, tetapi juga bagian dari warisan sejarah yang mencerminkan kekuatan dan kebanggaan Ethiopia sebagai salah satu peradaban tertua di dunia.