Fenomena Glass Ceiling Hambatan Perempuan Berkarier , Efek, dan Cara Mengatasinya.
Di zaman sekarang ini, seorang perempuan dapat menempati posisi-posisi teratas dalam suatu perusahaan maupun organisasi bukan lah menjadi hal yang tabu. Baik wanita maupun pria memiliki kesempatan yang setara dan sama untuk bisa berkembang , terlebih dalam dunia pekejaan.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini, bahkan di Indonesia masih saja terdapat diskriminasi terhadap wanita dalam proses pencapaiannya. Fenomena Glass Ceiling masih sering terjadi dalam dunia kerja terhadap perempuan. Lantas, apakah sudah semua wanita mengetahui dan merasakan bagaimana efek dari fenomena tersebut ?.
Pengertian Fenomena Glass Ceiling
Istilah Glass Ceiling pertama muncul pada tahun 1986. Pengertian Glass Ceiling sendiri adalah suatu penghalang yang tak terlihat namun mutlak yang dapat mencegah wanita untuk menempati posisi yang lebih tinggi dalam suatu pekerjaan. Glass Ceiling juga merupakan ungkapan metafora untuk menggambarkan hambatan yang dihadapi oleh wanita dan juga kaum minoritas ketika mencoba peran yang lebih tinggi dalam perusahaan. Jadi, secara tidak langsung hingga saat ini fenomena glass ceiling masih menghantui kaum wanita dalam dunia pekerjaan untuk bisa mendapatkan kebebasan dalam hal tersebut. Padahal, seharusnya semua orang baik pria atau wanita bisa menempati posisi yang sama-sama tinggi dalam perusahaan , asalkan memenuhi persyaratan tanpa harus memandang ras, suku, dan gender. Fenomena Glass Ceiling ini perlu menjadi perhatian karena merupakan bentuk diskriminasi halus yang merugukan . Meski dengan kesetraan gender yang ada pada saat ini, sayangnya fenomena Glass Ceiling masih sering dijumpai pada perusahaan di Indonesia. Seperti yang didapati pada Data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS tahun 2019 yang menyatakan bahwa hanya 30,36 persen perempuan yang menjabat sebagai manajer, sementara laki-laki mencapai lebih dari dua kali lipat yakni 69,37 persen.
Faktor-Faktor Timbulnya Fenomena Glass Ceiling
Ada beberapa faktor yang memengaruhi fenomena Glass Ceiling , mulai dari level individual, interpersonal, organisasional, dan isu keluarga. Ada juga yang menyebutkan bahwa perempuan dianggap masuh harus bekerja lebih keras dibandingkan dengan laki-laki yang ada di kantor atau tempat kerja mereka untuk menunjukan kualitas mereka. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muslim dan Perdhana pada tahun 2017, Glass Ceiling dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor seperti berikut :
- Wanita dianggap kurang mampu dalam mengaktualisasi diri di perusahaan sehingga hal itu menjadi penghambat wanita dalam memperoleh promosi ke jabatan yang lebih tinggi.
- Wanita juga cenderung sulit untulk membangun relasi
- Adanya setereotip gender terhadap wanita dimana seorang wanita dipandang lebih baik diam di rumah dan menjadi seorang ibu rumah tangga dari pada harus bekerja di perusahaan. Dan ada setereotip mengenai bias gender yang memandang kedudukan pria lebih unggul dibandingkan kedudukan wanita secara sadar maupun tidak sadar.
- Wanita juga dihadapkan tanggung jawab antara keluarga dan perusahaan,s ehingga wanita dianggap tidak dapat bekerja secara maksimal karena harus bisa membagi fokus antara keluarga dan perusahaan.
Efek Glass Ceiling Terhadap Wanita
Fenomena Glass Ceiling merupakan suatu hal yang menghambat perempuan dan minoritas dalam mengembangkan karir, bahkan, realitas tersebut bisa berdampak buruk pada kesehatan dan kesejahteraan manusia dalam lingkungan kerja. Dilansir dari Healthline berikut merupakan efek Glass Ceiling :
- Stress
Glass ceilng dapat memberi dampak langsung terhadap tingkat stress pekerja perempuan. Hal ini tentu bisa menurunkan kualitas dan produktivitas kerja mereka. Para karyawan wanita bisa merasa sedih, sulit tidur, sakit kepala, dan cepat marah dalam jangka panjang.
- Tidak Percaya Diri
Salah satu efek dari glass ceiling adalah sering merasa ragu terhadap diri sendiri. Pasalnya, seseorang tidak diberikan kesempatan untuk menduduki jabatan atau posisi yang tinggi dan juga tidak mendapat promosi jabatan. Hal ini tentu akan selalu menimbulkan pertanyaan dalam diri karyawan apakah kualitas dan kinerja mereka masih kurang ?
- Gangguan pada Mood
Perempuan cenderung mengalami depresi dan kecemasan lebih tinggi dibandingkan dnegan laki-laki. Diskriminasi gender pada tempat kerja dapat memicu faktor perempuan lebih rentan mengalami kecemasan disbanding laki-lakiakibatnya mereka merasa sering gelisah, sulit berkonsentrasi, putus asa, sering merasa bersalah, dan lain-lain.
Bagaimana Cara Wanita Mengatasi Fenomena Glass Ceiling
Dari penjelasan mengenai pengertian hingga efek glass ceiling tentu kalian sudah mengetahui bahwa hal tersebut merupakan hal yang merugikan pihak wanita dan dapat menimbulkan masalah kesehatan. Maka dari itu, sebagai wanita kita juga harus bisa mengatasi fenomena tersebut dengan cara yang tepat. Berikut ini merupakan cara-cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi dan mengatasi fenomena Glass Ceiling menurut Katie Burke.
- Menjadi pribadi yang unggul di tempat kerja dengan cara selalu meminta feedback kepada atasan dan rekan tim atas pekerjaan yang telah dilakukan, aktif dalam project besar, dan cari seorang mentor yang bisa mendukung dan berbagi ilmu.
- Memperluas relasi (network). Dengan begitu kamu akan mendapatkan peluang yang lebih besar untuk bisa membangun karir dan bahkan bisa membangun bisnis barumu sendiri
- Menurut Katie Burke, wanita lebih cenderung kurang merasa percaya diri untuk menunjukkan hasil kerjanya. Hal itu justru dapat menjadi penghambat untuk bersaing dengan rekan pria . maka, beranikanlah untuk menunjukkan hasil kerja agar atasan bisa melihat bahwa kamu sebagai wanita juga mampu untuk menduduki posisi yang lebih tinggi di perusahaan.
- Lakukan yang terbaik. Apapun yang kamu kerjakan saat ini, lakukanlah dengan sebaik mungkin. Jangan hanya berfokus untuk mendapatkan perhatian dari atasan. Dengan begitu, kinerjamu bisa lebih dipertimbangkan oleh atasan untuk mendapatkan promosi jabatan.
- Tentukanlah target karrir. Tetapkan tujuan yang jelas dan selalu mengembangkan keterampilan yang kamu butuhkan. Fokus pada tujuan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan terikat waktu. Dengan begitu kamu akan selalu siap menghadapi potensi risiko yang akan hadir. Dan dapat merasa tidak insecure dan terus belajar dari kesalahan yang telah diperbuat.
Nah, itu tadi penjelasan mengenai fenomena Glass Ceiling yang sring terjadi terhadap perempuan, faktor, efeknya, hingga cara mengatasinya. Siapapun berhak mendapatkan jabatan tertinggi sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Maka dari itu, jangan ragu dan merasa takut untuk menyuarakan ide dan pendapatmu terkait isu-isu di tempat kerja! Semoga artikel ini bermanfaat ya !